Memandang jauh langit biru, bersandar awan kelabu.
Aku kamu menerawang, kelakar masa depan.
Menjalani satire kehidupan yang haru dan menggelikan.
Seperti roda yang berputar, aku kamu menyeberang
persimpangan hidup yang sarat kemunafikan.
Hunian dunia yang nihil harapan, seperti kapas beterbangan
mengekor nafsu, menghamba pikiran,
sepertinya, aku kamu sedikit tergoda
oleh semu laku asmara, cinta, dan kuasa.
Roda itu semakin kencang, melindas kemanusiaan,
manu-sia dengan muslihatnya, inginkan Tuhan bersembunyi saja,
supaya, kalam-Nya bungkam saat hatinya membara,
memuaskan diri dengan hingar bingar kesenangan.
Aku kamu pun, mulai berdosa,
Istigfar malu mengujar, syukur&nikmat tak lagi akur,
Iba-dah seperti drama, melafal takbir mengakhir salam,
Sh-alat untuk meminta puja, riya sudah menjadi busana.
Aku kamu, mari berpisah,
mencari jalan pulang, menunjuk arah
jalan lurus yang semakin jauh,
rumah manusia setengah satwa,
neraka atau surga, Tuhan lebih tahu.
No comments :
Post a Comment