Pagi ini, masih sama. Aku mengayun langkah menuju kelas dengan tergesa. Maklum, cuaca menghambat perjalananku, sehingga menit-menit awal jam pelajaran berjalan percuma. Anak-anak masih sibuk dengan keriuhannya. Ada yang asyik dengan obrolan tentang sinetron, ada yang sekedar membuka buku, ada yang bermain dengan mainannya, bahkan ada juga yang masih mengulum permen. Aku masuk, dengan raut wajah datar. Berharap siswaku bisa membaca bahasa tubuh ini. Aku setengah marah, pada diriku sendiri terutama dan pada siswaku yang tidak bisa menggunakan waktu sebaik-baiknya. Prolog pelajaranku hari ini -mapel matematika- adalah hakikat belajar. Aku tahu, ini bukan termasuk bab angka, setidaknya bisa menggugah kesadaran siswaku dalam masalah kesungguhan belajar. Aku mengutip pernyataan salah satu dosen psikologiku yang jelita, Farida, M.Si. Begini yang pernah beliau ucap: "Belajar itu sebagai usaha memperoleh perubahan
tingkah laku."
Aku menghela nafas panjang. Nampaknya mereka masih mengacuhkaku. Sedikit gerutu dalam bisikku, aku melanjutkan.
"Orang yang benar-benar belajar (ta'lim) memiliki ciri, niat disertai doa. Kalian sudah memulai pelajaran dengan doa, namun tidak bersama niat. Buktinya, sekarang belum menunjukkan kesungguhan dan kesiapan untuk belajar." suasana tiba-tiba berubah hening. Mungkin mereka sedikit ada rasa takut. Biar.
"Ciri selanjutnya, ada perubahan (kognisi, gaya bicara, dan tingkah laku. Kalian bisa introspeksi sendiri, apakah setelah melaksanakan belajar, bisa merasakan perubahannya?" Mereka tertunduk, sepertinya menyesal. Dalam hatiku, "Yes".
"Belajar itu menyesuaikan kondisi sosial. Kalian belajar di bangku sekolah, secara tidak langsung kalian belajar berinteraksi sebagai makhluk sosial. Lebih-lebih kalau sudah lulus, nilai -attitude- yang kalian dapat bakal dipakai untuk hidup bermasyarakat. Perubahan sebagai buah dari belajar itu pun bersifat menetap, bukan cuma berubah hari ini. Kalian paham materi, cuma kalau di kelas, kalau di luar kelas? Entahlah" Tuturku dengan tensi yang sedikit menurun.
"Belajar itu proses sadar, untuk mendapatkan informasi. Jadi diperlukan konsentrasi dan kesungguhan, bukan untuk main-main. Ingat, belajar sambil bermain itu tidak sama dengan belajar dengan main-main." Tandasku.
"Dalam kegiatan KBM, Saya sudah mencoba untuk memberikan rangsangan -stimulus kepada kalian, harusnya kalian juga merespon dengan respon positif, bukan sebaliknya. Belajar juga butuh latihan -training, jadi tidak hanya terbatas pada empat dinding putih ini saja -kelas." Ujarku sambil menelan ludah.
Tak terasa satu jam pelajaran berlalu. Siswa-siswa masih diam tertunduk. Mungkin mereka menyesal, mungkin cuma bersandiwara, aku tak tahu. Yang penting, aku sudah menunaikan tugasku sebagai guru, menyalurkan ilmu dan laku -transfer of knowledge n transfer of value.
"Sekarang mari buka buku halaman enam" Jelasku, mengakhiri prolog hari ini.
Aku menghela nafas panjang. Nampaknya mereka masih mengacuhkaku. Sedikit gerutu dalam bisikku, aku melanjutkan.
"Orang yang benar-benar belajar (ta'lim) memiliki ciri, niat disertai doa. Kalian sudah memulai pelajaran dengan doa, namun tidak bersama niat. Buktinya, sekarang belum menunjukkan kesungguhan dan kesiapan untuk belajar." suasana tiba-tiba berubah hening. Mungkin mereka sedikit ada rasa takut. Biar.
"Ciri selanjutnya, ada perubahan (kognisi, gaya bicara, dan tingkah laku. Kalian bisa introspeksi sendiri, apakah setelah melaksanakan belajar, bisa merasakan perubahannya?" Mereka tertunduk, sepertinya menyesal. Dalam hatiku, "Yes".
"Belajar itu menyesuaikan kondisi sosial. Kalian belajar di bangku sekolah, secara tidak langsung kalian belajar berinteraksi sebagai makhluk sosial. Lebih-lebih kalau sudah lulus, nilai -attitude- yang kalian dapat bakal dipakai untuk hidup bermasyarakat. Perubahan sebagai buah dari belajar itu pun bersifat menetap, bukan cuma berubah hari ini. Kalian paham materi, cuma kalau di kelas, kalau di luar kelas? Entahlah" Tuturku dengan tensi yang sedikit menurun.
"Belajar itu proses sadar, untuk mendapatkan informasi. Jadi diperlukan konsentrasi dan kesungguhan, bukan untuk main-main. Ingat, belajar sambil bermain itu tidak sama dengan belajar dengan main-main." Tandasku.
"Dalam kegiatan KBM, Saya sudah mencoba untuk memberikan rangsangan -stimulus kepada kalian, harusnya kalian juga merespon dengan respon positif, bukan sebaliknya. Belajar juga butuh latihan -training, jadi tidak hanya terbatas pada empat dinding putih ini saja -kelas." Ujarku sambil menelan ludah.
Tak terasa satu jam pelajaran berlalu. Siswa-siswa masih diam tertunduk. Mungkin mereka menyesal, mungkin cuma bersandiwara, aku tak tahu. Yang penting, aku sudah menunaikan tugasku sebagai guru, menyalurkan ilmu dan laku -transfer of knowledge n transfer of value.
"Sekarang mari buka buku halaman enam" Jelasku, mengakhiri prolog hari ini.
No comments :
Post a Comment