Hembus angin membelai rambut,
Melambai mengiyakan desas desus massa,
Kau, lagi-lagi kau memukau,
Mengekspresi diri bagai hujan, merindu reda.
Lentikan jari, desahan nafas saling berpagutan,
Mengiringi irama perkusi tifa,
Lenggokan pinggulmu, menanda lapar,
Gelengan kepalamu, isyarat kebodohan,
Tak samar, kau penuhi panggilan jiwa.
Kau tak lagi mengeram emas,
Bumimu saja enggan meneguk hujan,
Hanya menjadi pemirsa realita,
Hidupmu yang kian asing, terbelah dilema.
Bangsa tak lagi bangsa, Negara hanya boneka,
Ku lihat, kau masih menari hujan,
Menengadahkan tangan, berputar mengharap kebebasan,
Hujan yang melarutkan duka dan penindasan.
No comments :
Post a Comment