Monday, November 25, 2013

Memoar Putih Abu-Abu

Masa muda menjadi momen yang penuh asa dan semangat untuk mengembangkan diri. Memaksimalkan usia muda kita dengan melakukan hal-hal yang positif menjadi salah satu langkah dalam meniti jalan kedewasaan. Apa lagi dengan berbalut seragam putih abu-abu, sudah sepantasnya insan muda terpelajar menjadi barisan terdepan dalam menentukan garis perubahan hidup, diri dan lingkungannya.
Di sudut kelas, mengingatkan kita akan canda dan tawa persahabatan yang terjalin alamiah saat mengenakan seragam putih abu-abu. Sesekali mencibir anak baru atau memamerkan barang-barang koleksi semacam aksesoris atau novel baru. Atau, bagi mereka yang kutu buku, lebih menikmati waktu sendiri di atas kursi belajarnya sambil menikmati camilan jajan. Kata mereka, isi kepala lebih penting, yang membedakannya dengan anak-anak jalanan dengan prinsip isi perut yang paling penting. Yang membuatnya sama hanya usia dan naluri alamiah mereka yang ingin diperhatikan, disayangi, dan diperhitungkan keberadaannya.
Ada lagi wajah “putih abu-abu” yang aktif, senang berkumpul di kantor membantu tugas orang dewasa –guru dan staf, walaupun tidak digaji. Mereka gemar berdiskusi, membuat event-event di setiap hari-hari besar, atau sesekali mengikuti kegiatan di luar sekolah seperti camping, seminar, dan pelatihan. Sebut saja mereka “orang sibuk” yang dikeluhkan si kutu buku karena sering keluar kelas waktu jam pelajaran, padahal mereka sedang mengerjakan tugas kelompok. Karena memilih menjadi aktivis, maka sudah menjadi konsekuensi kalau harus mengikuti jam tambahan dari guru atau minta diajari teman untuk mengejar pelajaran yang mereka lewatkan. Namun, mereka punya pengalaman lebih di luar kelas yang “katanya” bermanfaat untuk masa depannya.
Tak terlewatkan pula sosok-sosok yang mendapat banyak perhatian dari sejumlah guru, terkhusus guru BP. Mereka yang suka terlambat masuk sekolah dengan alasan yang relatif hampir sama setiap harinya, yaitu “bangun kesiangan”. Mereka yang tak suka dengan kerapian, tampil beda –tidak wajar, penuh sensasi. Disiplin menjadi kata yang asing di kamus harian mereka, dan hampir tiap hari menghabiskan waktunya untuk nongkrong, bermain game, atau motor-motoran –motor betulan, bukan mainan. Mereka dipanggil dengan sebutan “orang sulit” dengan indikasi sulit belajar, sulit bergaul dengan orang dewasa –guru, dan sulit dimengerti. Satu lagi yang kadang-kadang dialami, yaitu sulit duit, sehingga tak heran jika di pojok sekolah terjadi tradisi palak-memalak. Padahal, tidak sedikit di antara mereka yang memiliki tingkat IQ yang lumayan, punya keluarga terpandang, dan punya background agama yang cukup matang.
Pilihan terakhir, menjadi siswa biasa yang memiliki rutinitas yang biasa. Tak terpandang di kelas ataupun di sekolahan. Prestasi pun pas-pasan, paling bagus satu derajat di atas garis rata-rata. Pulang-pergi sekolah tiap hari tanpa beban, walau acap kali dijadikan bual-bualan “orang sulit”. Bahkan, tugas rumah setumpuk pun tak jadi masalah, karena species “orang biasa” ini paling mudah bergaul dengan si kutu buku. Mereka yang mewarnai kelas dengan canda tawa, atau kegilaan yang natural. Keberadaan mereka mungkin tidak diperhitungkan, namun ketika bangku mereka kosong derajat keceriaan kelas turun drastis. Mereka tak banyak tingkah, tak bikin ulah, dan sedikit penyakit. Paling-paling penyakit akut yang menjangkit adalah “galau” gara-gara cemburu, ngambek, atau putus sama pacar.
Mengenai kamu termasuk kategori mana, itu bukan problema. Masalah tulisan ini benar atau keliru, tidaklah menjadi masalah bagiku. Intinya cuma introspeksi, karena sebaik-baik manusia adalah yang mengenali dirinya sendiri, punya konsep diri. Bahkan secara kodrati, manusia terlahir dengan karakter yang bervariasi. Berbeda, itulah yang kita sebut bhinneka tunggal ika. Karena kita punya misi yang sama, yaitu membawa perubahan untuk masa depan diri dan lingkungan kita. Masih ada waktu untuk mengubah diri, sebelum waktu itu sendiri yang mengubur cita-citamu dalam lubang penyesalan.
Salam Putih Abu-Abu

No comments :

Post a Comment