Tuesday, October 11, 2011

SEKERAT PUISI HARIAN


THE BEGINING
Dalam kata hidup bermula
Dengan kata cinta bermakna
Melalui kata canda tawa tercipta
Hanya puisi, kata menyimpan misteri
Estetika dan relikui kehidupan
(Mashar: Oktober 2011)


AKU BERMULA
Perjalanan mencari jati diri
Telusuri belantara hidup
Kosong, tak bersuara
Sepi
Sambil membuka hati
Ku coba mencium setiap raga
Berharap turun sosok bidadari
Mengajakku terbang menggapai mentari
Tapi,
Semua hanya bayangan semu
Yang membaur dengan kesia-siaan
Dan ku sendiri
Berlari mengitari hidup


CINTA BERMULA
Pertama ku lihat
Pesona wajah indah memikat
Lentik matanya, lancip bibirnya
Seraut bidadari dunia
Laksana, menebar butiran asa.
Pertama ku rasa
Dendang jantung melantun
Pujian-pujian kasih
Laksana tersetir sihir
Mantra-mantra cinta
Temaktub dalam kalam hati
Pertama ku kata
Pahatan-pahatan puisi
Tersusun, tersaji
Merangkum sejuta rasa
Aku…
Cinta..
Padanya..

DUALISME CINTA
Katup hatiku terbelah
Saat dua bunga merekah
Gelembung cinta pun terhembus
Terbang bersama rentang sayap
Kemana mereka mengepakkan
Aku slalu jadi landasan
Selalu tertutup awan hitam
Hingga aku lepas dan terjatuh
Luluh, penuh peluh
Musibah bila trus melangkah
So, ku tentangkan dua tangan
Tuk mengikis smua kenangan manis
Dualisme cinta
Slalu menyulut derita.

JAWABAN TUK N.A.
Kerasnya batu karang tak berarti
Tak seperti hatimu nan sepi
Sekian masa membelah asa
Tersingkap berjuta misteri tak kunjung reda
Tak sedikitpun fikirku menguak
Siapa kamu dan sifat.
Ujarku Bak paku karat menancap
Nyakitin, mengendap luka.
Keras kepala karna asmara,
Cobalah, bebaskan cinta
Terbangkan bersama sejuta cita.
Ini bukan karna kasta..!
Hapus peluhmu terang segera
Kau kan dapat penggantiku segera.

DI MANA CINTA
Cinta lah permata hati
Yang slalu mengkilau nan silau
Matanya slalu memandang
Selamanya menggila
Pada pesonanya, dan kaca
Pecah mengiris hati.
Tak sanggup s’orang pun mencoba
Mengikatnya pada sebilah pisau
Menancap dengan ucap,
“Aku cinta kamu”
Selain Cuma kebakaan semu
Cinta itu di sini,
Di balik selimut iman.

PEMBURU NAFSU
Dag, dig, dup, deng
Suara jantung berdendang menantang.
Sayup mata tersudut tajam,
Merajam, tertuju, terpaku.
Bongkahan amarah melebur,
Berdebur, meracik tindak anarkhi.
Tutup mataku, bungkam mulutku,
Mendidih nafsu, fikir, melepuh
Jiwa terbakar cinta.
Cemburu memburu hati membatu
Saat cinta bercumbu memadu
Kasih palsu, sang penipu
Sahabatku, yang berlutut terpaut
Padanya, gadis pemburu nafsu.

HARI UNTUK S.M.
Hari ini masih sunyi
Tak ada seteguk keceriaan jiwa
Entah, gerbang penantian hidup ini
Masih resah, gundah tak berarah.
Tapi seklumit senyumnya melepuhkan
Hati yang terbelenggu sendu.
Aku pun tak mengerti ini rasa
Cinta atau kagum belaka.
Tuturnya bersahaja
Menyingkap keindahan batin,
Fikir, akhlaqul khair.
Pandangan yang slalu terjaga
Dari petaka zina, dentuman cinta buta.
“Sungguh, dia sempurna.”

FALLING IN LOVE
Jiwaku melayang
Mencoba meraup bintang
Cinta, kasih saying.
Tapi aku nila,
Hanya bertahan di pintu langit
Menggantung dalam katong
Jatuh, tercebur gundah.
Berat kukatakan
Aku terlanjur terikat
Pada seonggok cinta
Yang terdampar di hulu rindu
Aku sudah,
Susah payah mengelak.
Tapi,
Ia berlabuh di hatiku
Menancapkan sebilah kata:
“I’m Falling in Love.”

ADATIADA CINTA
Remang-remang kelabu menyelimuti
Semua fenomena dan situasi
Lembut sutra tak mampu lagi
Menahan kemurungan sang mentari
Jikala kau bertanya apa…
Tak sanggup lagi di kala senja.
Redup hatiku sunyi mendera
Saat kau letakkan cinta
Antara ada dan tiada.
Namun ini tak panjang
Gelap malam siap menjelang
Segera saja ku petik bintang
Sbagai bekal saatku pulang.

MISTERI CINTA
Titik titik bertabur
Membaur mengikat janji.
Enak kau kata,
Suci kau bilang,
Hanya titik, bintik buta hatimu.
Inikah hakiki?
Inikah sejati?
No way! Kau hanya duri
Hanya misteri tak teradili.

TENTANGKU
Diremasnya jantung,
Ditusuk jarum
Ditempa aneka coba
Penguji tekad sejati.
Luluhkan imanku
Lelehkan cintaku
Waktu hatiku terpendam,
Mendekam di dunia mencekam
Apa jiwa slalu terbakar
Kobaran nafsu belaka
Dustakah hatiku bila
Mengunci diri dalam sepi
Menahan rayuan dunia
Agar diriku senantiasa semi
Mendulang nur Ilahi.

SALAH
Senandung jiwaku membiru
Bungkam, membekam,
Meratap, menatap, entah
Apa yang berubah
Dalam diriku, aneh.
Tak seperti bintang yang tersenyum
Merangkum, hari-hari vakum.
Tangan terbelenggu, fikir membeku,
Jiwa terpecah, mencacah dosa.
Raga terluka, meyayat lara,
Ini bukan yang pertama.
Aku masih terombang-ambing
Hening, suasana hati terakumulasi
Basi, noda-noda peremas jantung
Tergantung pada rantai pergaulan.
Aku salah,
Memilah-milah.

NASEHAT TUK SOBAT
Hey sobat,
Mengapa parasmu berhias
Merah pedas, mata berkaca-kaca
Sedikit isak dalam ucap.
Apa karna meratap
Garis edar hidup, atau silap
Waktu cinta memaksa untuk berbuat
Mengiris hati dan mencincangnya.
Atau jatuh saat musuh runtuh
Menerjang jiwamu yang kian luluh.
Ini bukan final,
Masih banyak jalan kau kenal
Masih banyak yang harus kau jajal.
Mentari slalu mendoakan
Di setiap sudut sinarnya untukmu
Hingga kau menggapainya.

SILOGISME CINTA
Jika ku cinta kau
Terkelupas ari selfish-ku
Seiris raga, separuh nyawa
Tergadaikan sebulir rindu.
Jika ku rindu kau,
Terbayang ku di atas maya
Melukis aura kasihmu
Dalam bungkam mimpi malam.
Jika ku mimpikan kau
Segunung emas ku lepas
Rela, ikhlas
Demi seklumit katamu
Peredam duka bimbangku
Cukup, hilang berulang.
Jika ku hilang karnamu
Tak mungkin, diri ingin.
Cinta bukan obsesi buta
Logika, muara silogisme cinta.

17 TAHUN
Saat timur ku merengkuh cita
Terlukis percikan harapan senja
Terpampang di kedua bola mata.
Mulai ku tegakkan tongkat
Kibarkan keceriaan hidup.
Sesaat ku beranjak dari ayunan
Turun mencari jati diri.
Langkah-langkah tak berpatah
Menyeret sepi tak bertepi.
Sungguh, berat aku menunjuk
Raga-raga pengemas jiwa.
Aku slalu merindu,
Menanti sang surya tenggelamkanku
Dalam cahya menjelang masa.

KATA PETAKA
Gundah menjemput sudah
Beribu impian berubah kelabu
Sirna dan berlalu.
Aku terlalu tinggi berharap
Hingga ku mengambang nestapa
Saat ku terjatuh.
Aku kerap bermimpi
Mengundi cinta dan cerita
Hingga semua mencekikku
Saatku tergugah.
Kekecewaan ini mutlak
Mengancam hembus jiwa.
Aku terlalu bodoh
Mengujar kata petaka
Hingga semua menyeretku
Dalam limbah penyesalan.

MENGENANGMU
(mbah Mun 11 Februari 2009)

Sebelas sinar menduakan jagad
Melepas harum kasturi cinta
Menghela rasa duka
Pudar cita serta tekad.
Kemana entah ku cari
Penyegar sukma, penjahit hati.
Paruh jiwa yang tlah tiada
Menyelam pergi dari yang fana.
Apa aku terlalu keji
Menuang cinta dalam saji
Berharap shinta mengalur bayu
Membius fikirku dan kalbu
Hingga kau mencerca suka
Aku dalam fatamorgana
Lantas hilang meraup asa
Menuju baka nan sejahtera.
Maaf ananda bila berkhilaf
Terselubung nadi dan syaraf,
Atau terpampang di kedua mata
Segunung pinta ku berharap
Samudra ikhlas dalam jiwa.

No comments :

Post a Comment