Setiap manusia memiliki cara unik untuk mengekspresikan kreatifitasnya masing-masing dalam segala bidang, tak terkecuali dalam bidang pendidikan. Setiap pendidik memiliki cara tersendiri untuk mentransfer pengetahuannya kepada siswa agar lebih menyenangkan, mudah dipahami dan mudah diingat. Dalam makalah saya dengan judul "Liku Pencerahan Pendidikan" pernah saya kutip berbagai metode mendidik dalam koridor Islam, di antaranya "al-hiwar" (dialog), "al-uswah" (keteladanan), "al-amtsal" (perumpamaan), "al-qishah"(cerita), "at-targhib wa at-tahrib" (reward and punishment), dsb.
Di sini saya ingin menukil satu metode yang sangat berkesan di hati saya ketika mengenyam dunia pendidikan menengah yaitu al-qishah (cerita). Sebenarnya dunia pendidikan bukan hanya dlm lingkup sekolah. Semua media yang bisa kita ambil ilmunya bisa dikategorikan belajar. Termasuk media televisi, yang sekarang ini sering menayangkan berbagai program acaranya, cerita pun tak luput darinya. Mengajar juga butuh sebuah pengantar yang menggambarkan cakupan materi yang akan disampaikan. Pengantar yang tepat dan bisa melukiskannya adalah cerita. Baik fiksi maupun nonfiksi, cerita sebagai alat pemanasan dalam berfikir, memiliki beberapa keistimewaan di antaranya mudah dalam penyampaiannya, mudah ditangkap intisarinya, meminimalisir kejenuhan, dan mudah dalam mengingatnya.
Lalu bagaimana cerita yang cocok untuk mendidik siswa? Yang pasti cerita tersebut tidak usah terlalu panjang, mencakup pesan yang tersirat pada materi pelajaran, menganut norma etika& agama, tidak mengandung unsur pelecehan dan porno, serta cerita tersebut disampaikan sesuai dengan kemampuan berfikir siswa. Untuk masalah contoh cerita yang biasa saya dengar dalam pengantar mengajar, bisa saya post-kan lain waktu.
No comments :
Post a Comment