Judul :
Creative Learning:
Kiat Menjadi Guru Kreatif dan
Favorit
Penulis :
Sri Narwanti, S.Pd.Tebal : 175 hlm
Penerbit : Familia, Yogyakarta
Tahun : 2011
Kurikulum terbaru, yakni kurikulum berkarakter 2013 menuntut strategi
dan model pembelajaran yang tak lazim bagi pendidik –baca: guru awam seperti
saya. Pendidikan konvensional yang bermodalkan papan tulis, alat tulis (spidol
atau malah masih pake kapur), dan buku tampaknya masih menjadi media
pembelajaran favorit bagi seorang guru. Sekarang, zaman udah berbeda, begitupun
peserta didik, pertumbungannya sudah melaju seiring perkembangan ilmu dan
teknologi terkini. Bisa dibilang, anak zaman sekarang adalah anak ajaib di masa
kita (pendidik). Dunia digital sudah menjadi habitat asyik mereka, referensi
pengetahuan mereka sudah tidak melulu pake buku. Mbah Google (salah satu Search
Engine) menjadi rujukan alternative mereka. Membaca dan mendengar ceramah
membuat mereka bosan, mereka memilih belajar dengan cara yang lebih menyenangkan.
Seperti membuat slide presentasi, menonton video, atau bahkan membuat proyek
sederhana.
Seorang guru, apabila tidak bisa menyesuaikan akselerasi yang
dialami siswa zaman sekarang, bisa-bisa dianggap penyiar radio di kelas.
Cuap-cuap sendiri, entah ada yang memperhatikan atau tidak. Bak pepatah: “Biar
anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu.” Siswa malah asyik ngobrol dengan
temannya mengenai trending topic di twitter. Haha, dan ketika guru mengeluh
mereka menyahut kompak: DL, derita Lu.
Tampaknya Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan benar-benar memahami
perubahan ini, sehingga terjadi perombakan besar-besaran –menurut saya- yang
agak sedikit memaksa. Sangat ideal memang, pendidikan terkini menuntut
kreativitas guru mengelola kelas, dengan pendekatan scientific seperti yang
dilakukan di perguruan tinggi –pengecualian: PT saya, hehe. Melalui model
pembelajaran Project Based Learning, Problem Based Learning, dan Discovery
Learning, KBM diharapkan dapat mengakomodir hasrat siswa zaman sekarang
untuk belajar sesuai tuntutan zaman.
Kalau sampean seorang guru, kiranya wajib membaca buku ini
sebagai buku saku dalam mengajar. Mengapa? Walaupun buku ini terbit sebelum
kurikulum 2013 dideklarasikan, menurut saya buku ini sudah menguak mengenai
pembelajaran yang kreatif sebagaimana yang dielukan dalam kurikulum terbaru.
Jadi kita (pendidik) dituntut untuk mengembangkan KBM dengan kreatif melalui
berbagai media dan sumber belajar.
Buku ini dibagi menjadi dua bagian besar, atau dalam bahasa penulisnya
“Kitab”. Kitab kesatu terdiri atas berbagai jurus jitu untuk menjadi guru
kreatif, sedangkan Kitab kedua menjelaskan aplikasi kreativitas dalam
pembelajaran berikut profil guru dan sekolah kreatif. Hal menarik yang diungkap
Narwanti dalam buku ini adalah mengenai ciri-ciri guru kreatif. Dengan mengutip
pendapat Andi Yudha, ciri guru kreatif adalah FOR CHILDREN, kependekan dari
Fleksibel, Optimis, Respek, Cekatan, Humoris, Inspiratif, Lembut, Disiplin,
Responsif, Empatik, NgeFriend.
“Maka seorang guru kreatif hendaknya fleksibel dalam menghadapi
siswa yang beragam karakteristiknya, tetapi optimis mampu memfasilitasi
keseragaman siswa agar sukses dalam pembelajaran. Guru kreatif juga respect dan
cekatan agar mampu membimbing siswa belajar dengan aktif, tetapi juga mampu
menyisipkan humor-humor dan inspirasi dengan lembut. Dalam menegakkan disiplin,
guru kreatif pun cukup responsive, empatik, dan nge-friend dengan siswa,
sehingga bisa menghindari penggunaan kekerasan dalam membimbing siswa untuk tertib,
maka sikap penuh semangat, komunikatif dan pemaaf, seorang guru kreatif mampu
menjadi teladan bagi siswa.” (Hlm. 17)
Jurus dasar yang harus dipraktikkan untuk menjadi guru kreatif
adalah dengan mencintai pekerjaan. Yang perlu digarisbawahi pernyataan
mencintai pekerjaan (ini statement yang pas buat guru honorer seperti saya)
adalah berapapun gaji dan tunjangan kita bukan ukuran untuk menentukan kinerja
kita. Akan tetapi CINTA yang menjadi dasar. Ketika kita mencintai pekerjaan,
mencintai murid (jangan ditafsirkan sebagai cinta anak2 ABG, hehe) maka akan
menjadi indah dan mudah. Dengan cinta, ide-ide terbaik untuk apa yang kita
cintai akan lebih mudah tercurah.
Pentingnya kesan pertama dalam KBM menjadi modal awal guru untuk
menarik perhatian dan fokus siswa. Misalnya dengan memulai dengan senyuman, fokus
pada siswa (baik dalam menentukan metode, media atau ice breaker), buat
komitmen, pilih kata-kata yang tepat untuk menyampaikan berbagai peraturan, de
el el (baca sendiri). Jangan lupa untuk menyelesaikan administrasi guru,
seperti silabus dan RPP. Penting juga dicatat, seorang guru ketika mengajar
harus menguasai terlebih dahulu materi yang akan diajarkan –bukan sekedar
membaca dihadapan siswa- sehingga mau tidak mau harus mengajar sekaligus
belajar dan bisa menggunakan bahasa yang informatif dan komunikatif guna
mendukung pembelajaran kontekstual, tidak hanya berpaku pada buku. Manajemen emosi
juga perlu dilakukan guru, agar emosinya
terjaga terlebih saat menghadapi masalah pribadi, jangan sampai dibawa ke
kelas. Pula bisa meng-hargai emosi siswa, bisa sigap menghadapi siswa
yang tidak focus, emosional, ribut dan sebagainya. Tiga cara yang bisa dilakukan
adalah dengan kegiatan pelepas stress, penambah kekompakan atau menyediakan
forum bagi emosi untuk dikenali dan diungkapkan. Kegiatan-kegiatan pembelajara,
selain menuntut pengembangan intelektual diharapkan juga mampu mengembangkan
otak kanan dan meng-optimalkan kecerdasan majemuk siswa.
Kitab Kedua berisi aplikasi kreativitas dalam pembelajaran meliputi
berbagai alternative tes tertulis yang menyenangkan dan beberapa ice breaker
yang bisa digunakan untuk mencairkan suasana kelas. Tes berupa teka-teki
silang, teka-teki silang berhubungan, huruf pilihan, tebak kata, menulis angka,
menulis dengan ejaan lama, menulis dengan tangan kiri, menulis dari kanan ke
kiri, atau arisan kata bisa menjadi pilihan seorang guru untuk menciptakan
evaluasi belajar yang menyenangkan.
Ice breaking yang bisa dilakukan untuk mencairkan suasana kelas –tentunya
dengan tujuan dan manajemen waktu yang tepat- di antaranya permainan orang
penting, menggambar geometri, dan permainan ular semut kucing gajah. Siap untuk
menjadi Guru Kreatif? Itu pilihan anda, masih betah dengan metode lama atau
pengen mengembangkan metode baru yang lebih interaktif. Begitu ya!
No comments :
Post a Comment