Wednesday, December 18, 2013

Menjadi GURU KREATIF DAN FAVORIT: Keniscayaan Pendidikan Terkini


 
Judul             : Creative Learning:
                       Kiat Menjadi Guru Kreatif dan
                       Favorit
Penulis          : Sri Narwanti, S.Pd.
Tebal            : 175 hlm
Penerbit        : Familia, Yogyakarta
Tahun           : 2011

 
 

Kurikulum terbaru, yakni kurikulum berkarakter 2013 menuntut strategi dan model pembelajaran yang tak lazim bagi pendidik –baca: guru awam seperti saya. Pendidikan konvensional yang bermodalkan papan tulis, alat tulis (spidol atau malah masih pake kapur), dan buku tampaknya masih menjadi media pembelajaran favorit bagi seorang guru. Sekarang, zaman udah berbeda, begitupun peserta didik, pertumbungannya sudah melaju seiring perkembangan ilmu dan teknologi terkini. Bisa dibilang, anak zaman sekarang adalah anak ajaib di masa kita (pendidik). Dunia digital sudah menjadi habitat asyik mereka, referensi pengetahuan mereka sudah tidak melulu pake buku. Mbah Google (salah satu Search Engine) menjadi rujukan alternative mereka. Membaca dan mendengar ceramah membuat mereka bosan, mereka memilih belajar dengan cara yang lebih menyenangkan. Seperti membuat slide presentasi, menonton video, atau bahkan membuat proyek sederhana.

Seorang guru, apabila tidak bisa menyesuaikan akselerasi yang dialami siswa zaman sekarang, bisa-bisa dianggap penyiar radio di kelas. Cuap-cuap sendiri, entah ada yang memperhatikan atau tidak. Bak pepatah: “Biar anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu.” Siswa malah asyik ngobrol dengan temannya mengenai trending topic di twitter. Haha, dan ketika guru mengeluh mereka menyahut kompak: DL, derita Lu.

Tampaknya Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan benar-benar memahami perubahan ini, sehingga terjadi perombakan besar-besaran –menurut saya- yang agak sedikit memaksa. Sangat ideal memang, pendidikan terkini menuntut kreativitas guru mengelola kelas, dengan pendekatan scientific seperti yang dilakukan di perguruan tinggi –pengecualian: PT saya, hehe. Melalui model pembelajaran Project Based Learning, Problem Based Learning, dan Discovery Learning, KBM diharapkan dapat mengakomodir hasrat siswa zaman sekarang untuk belajar sesuai tuntutan zaman.

Kalau sampean seorang guru, kiranya wajib membaca buku ini sebagai buku saku dalam mengajar. Mengapa? Walaupun buku ini terbit sebelum kurikulum 2013 dideklarasikan, menurut saya buku ini sudah menguak mengenai pembelajaran yang kreatif sebagaimana yang dielukan dalam kurikulum terbaru. Jadi kita (pendidik) dituntut untuk mengembangkan KBM dengan kreatif melalui berbagai media dan sumber belajar.

Buku ini dibagi menjadi dua bagian besar, atau dalam bahasa penulisnya “Kitab”. Kitab kesatu terdiri atas berbagai jurus jitu untuk menjadi guru kreatif, sedangkan Kitab kedua menjelaskan aplikasi kreativitas dalam pembelajaran berikut profil guru dan sekolah kreatif. Hal menarik yang diungkap Narwanti dalam buku ini adalah mengenai ciri-ciri guru kreatif. Dengan mengutip pendapat Andi Yudha, ciri guru kreatif adalah FOR CHILDREN, kependekan dari Fleksibel, Optimis, Respek, Cekatan, Humoris, Inspiratif, Lembut, Disiplin, Responsif, Empatik, NgeFriend.

“Maka seorang guru kreatif hendaknya fleksibel dalam menghadapi siswa yang beragam karakteristiknya, tetapi optimis mampu memfasilitasi keseragaman siswa agar sukses dalam pembelajaran. Guru kreatif juga respect dan cekatan agar mampu membimbing siswa belajar dengan aktif, tetapi juga mampu menyisipkan humor-humor dan inspirasi dengan lembut. Dalam menegakkan disiplin, guru kreatif pun cukup responsive, empatik, dan nge-friend dengan siswa, sehingga bisa menghindari penggunaan kekerasan dalam membimbing siswa untuk tertib, maka sikap penuh semangat, komunikatif dan pemaaf, seorang guru kreatif mampu menjadi teladan bagi siswa.” (Hlm. 17)

Jurus dasar yang harus dipraktikkan untuk menjadi guru kreatif adalah dengan mencintai pekerjaan. Yang perlu digarisbawahi pernyataan mencintai pekerjaan (ini statement yang pas buat guru honorer seperti saya) adalah berapapun gaji dan tunjangan kita bukan ukuran untuk menentukan kinerja kita. Akan tetapi CINTA yang menjadi dasar. Ketika kita mencintai pekerjaan, mencintai murid (jangan ditafsirkan sebagai cinta anak2 ABG, hehe) maka akan menjadi indah dan mudah. Dengan cinta, ide-ide terbaik untuk apa yang kita cintai akan lebih mudah tercurah.

Pentingnya kesan pertama dalam KBM menjadi modal awal guru untuk menarik perhatian dan fokus siswa. Misalnya dengan memulai dengan senyuman, fokus pada siswa (baik dalam menentukan metode, media atau ice breaker), buat komitmen, pilih kata-kata yang tepat untuk menyampaikan berbagai peraturan, de el el (baca sendiri). Jangan lupa untuk menyelesaikan administrasi guru, seperti silabus dan RPP. Penting juga dicatat, seorang guru ketika mengajar harus menguasai terlebih dahulu materi yang akan diajarkan –bukan sekedar membaca dihadapan siswa- sehingga mau tidak mau harus mengajar sekaligus belajar dan bisa menggunakan bahasa yang informatif dan komunikatif guna mendukung pembelajaran kontekstual, tidak hanya berpaku pada buku. Manajemen emosi  juga perlu dilakukan guru, agar emosinya terjaga terlebih saat menghadapi masalah pribadi, jangan sampai dibawa ke kelas. Pula bisa meng-hargai emosi siswa, bisa sigap menghadapi siswa yang tidak focus, emosional, ribut dan sebagainya. Tiga cara yang bisa dilakukan adalah dengan kegiatan pelepas stress, penambah kekompakan atau menyediakan forum bagi emosi untuk dikenali dan diungkapkan. Kegiatan-kegiatan pembelajara, selain menuntut pengembangan intelektual diharapkan juga mampu mengembangkan otak kanan dan meng-optimalkan kecerdasan majemuk siswa.

Kitab Kedua berisi aplikasi kreativitas dalam pembelajaran meliputi berbagai alternative tes tertulis yang menyenangkan dan beberapa ice breaker yang bisa digunakan untuk mencairkan suasana kelas. Tes berupa teka-teki silang, teka-teki silang berhubungan, huruf pilihan, tebak kata, menulis angka, menulis dengan ejaan lama, menulis dengan tangan kiri, menulis dari kanan ke kiri, atau arisan kata bisa menjadi pilihan seorang guru untuk menciptakan evaluasi belajar yang menyenangkan.

Ice breaking yang bisa dilakukan untuk mencairkan suasana kelas –tentunya dengan tujuan dan manajemen waktu yang tepat- di antaranya permainan orang penting, menggambar geometri, dan permainan ular semut kucing gajah. Siap untuk menjadi Guru Kreatif? Itu pilihan anda, masih betah dengan metode lama atau pengen mengembangkan metode baru yang lebih interaktif. Begitu ya!

No comments :

Post a Comment