Thursday, May 23, 2013

KONSTRUKSI EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

I. PENDAHULUAN
 
Pendidikan Islam seringkali dikesankan sebagai pendidikan yang tradisional dan konservatif. Hal itu wajar karena orang memandang bahwa kegiatan pendidikan Islam dihinggapi oleh lemahnya penggunaan metodologis pembelajaran yang cenderung tidak menarik perhatian dan memberdayakan. Jika problem tersebut tidak segera ditanggapi secara serius dan berkelanjutan, maka peran pendidikan Islam akan kehilangan daya tariknya.

Menurut pengamatan Amin Abdullah (1998), bahwa kebanyakan pendidikan Islam masih menggunakan pola konvensional-tradisional, tidak saja yang terjadi dilembaga pendidikan non formal seperti pondok pesantren dan madrasah diniyah, akan tetapi juga di sekolah Islam, madrasah dan perguruan tinggi. Oleh karena itu harus dicari terobosan baru dan inovasi yang relevan dengan zaman, sehingga isi dan metodologi pendidikan Islam menjadi aktual-kontekstual. Dengan demikian, pelaksanaan pendidikan Islam akan relevan dan sesuai dengan gerak perubahan dan tuntutan zaman.

Kajian epistemologis dalam wilayah keilmuan apapun tidak bisa dihindarkan dari mempersoalkan konstruksi cara berfikir dan mentalitas keilmuan. Sedang cara berfikir itu, dipengaruhi oleh gerak perubahan zaman yang melingkarinya serta corak tantangan kehidupan yang dihadapi oleh setiap generasi. Secara historis pendidikan Islam memiliki pengalaman dan budaya yang sebetulnya itu menjadi nilai berharga untuk menata kembali gerak dan dinamika pendidikan Islam yang berkualitas.
Konstruksi epistemologis yang bergerak inilah yang membutuhkan corak pemikiran dan mentalitas yang kreatif, inovatif–positif seperti yang diisyaratkan Fazlur Rahman. Sehingga secara aktif konstruktif akan selalu berupaya dan berusaha membangun kerangka metodologis baru, karena tidak puas dengan anomali-anomali yang melekat pada kerangka metodologis yang selama ini telah berjalan secara konvensional–tradisional. [1] Lanjut membaca

No comments :

Post a Comment