I. PENDAHULUAN
Pendidikan Islam seringkali dikesankan sebagai pendidikan yang
tradisional dan konservatif. Hal itu wajar karena orang memandang bahwa
kegiatan pendidikan Islam dihinggapi oleh lemahnya penggunaan
metodologis pembelajaran yang cenderung tidak menarik perhatian dan
memberdayakan. Jika problem tersebut tidak segera ditanggapi secara
serius dan berkelanjutan, maka peran pendidikan Islam akan kehilangan
daya tariknya.
Menurut pengamatan Amin Abdullah (1998), bahwa kebanyakan pendidikan
Islam masih menggunakan pola konvensional-tradisional, tidak saja yang
terjadi dilembaga pendidikan non formal seperti pondok pesantren dan
madrasah diniyah, akan tetapi juga di sekolah Islam, madrasah dan
perguruan tinggi. Oleh karena itu harus dicari terobosan baru dan
inovasi yang relevan dengan zaman, sehingga isi dan metodologi
pendidikan Islam menjadi aktual-kontekstual. Dengan demikian,
pelaksanaan pendidikan Islam akan relevan dan sesuai dengan gerak
perubahan dan tuntutan zaman.
Kajian epistemologis dalam wilayah keilmuan apapun tidak bisa
dihindarkan dari mempersoalkan konstruksi cara berfikir dan mentalitas
keilmuan. Sedang cara berfikir itu, dipengaruhi oleh gerak perubahan
zaman yang melingkarinya serta corak tantangan kehidupan yang dihadapi
oleh setiap generasi. Secara historis pendidikan Islam memiliki
pengalaman dan budaya yang sebetulnya itu menjadi nilai berharga untuk
menata kembali gerak dan dinamika pendidikan Islam yang berkualitas.
Konstruksi epistemologis yang bergerak inilah yang membutuhkan corak
pemikiran dan mentalitas yang kreatif, inovatif–positif seperti yang
diisyaratkan Fazlur Rahman. Sehingga secara aktif konstruktif akan
selalu berupaya dan berusaha membangun kerangka metodologis baru, karena
tidak puas dengan anomali-anomali yang melekat pada kerangka
metodologis yang selama ini telah berjalan secara
konvensional–tradisional. [1] Lanjut membaca
No comments :
Post a Comment