Tuesday, November 20, 2012

Kampus Hijau: Ekosistem Generasi Intelektual


Kita semakin dikejutkan dengan fenomena-fenomena alam yang mulai bergeser dari titik keseimbangannya. Suhu bumi semakin panas karena green house effect, tanah longsor dan banjir kerap terjadi karena kaki-kaki pohon penyangga sudah raib, demikian pula merebaknya hama pengganggu tanaman karena putusnya rantai makanan serta kian rusak habitat alaminya, yakni hutan. Fenomena kian memprihatinkan ketika semakin berkembangnya intelektual dan teknologi manusia malah semakin menggoyahkan kestabilan ekosistem. Hal ini disebabkan karena wawasan lingkungan yang belum bisa sepenuhnya berintegrasi dengan dunia intelektual dan teknologi.
Tanggal 22 Mei yang diperingati sebagai hari Bumi, bisa menjadi momentum yang strategis untuk menggalakkan slogan “Kampus Hijau” sebagai wajah baru perguruan tinggi. Isu penerapan kampus hijau sudah merebak seiring munculnya isu global warming pada millennium kedua. Mengingat usia bumi yang semakin renta, sudah saatnya kesadaran akan kelestarian lingkungan ditanamkan pada manusia, khususnya pada generasi-generasi muda.
Isu Kampus Hijau diperkuat dengan keputusan PBB yang sudah mencanangkan tahun 2005-2014 sebagai ”The Decade of Education for Sustainable Development”. Pelaksanaan statement PBB ini bertujuan untuk mengintegrasikan dasar-dasar, tata nilai dan pelaksanaan pembanguan berkelanjutan ke dalam semua aspek pendidikan. Kampus harus mendukung program aksi tersebut dengan tindakan nyata. Kampus sebagai pusat kepakaran dan lembaga yang sangat berpengaruh, harus mampu melakukan sesuatu dan memberi contoh best practices dalam mengurangi pemanasan global.
Hakikat Kampus Hijau
Kampus hijau jangan diartikan kampus yang gedung-gedungnya dicat hijau, atau kampus yang hijau dipenuhi oleh pepohonan saja, tetapi pengertiannya lebih dalam lagi. Menurut Muhajir Utomo, salah satu penggagas kampus hijau, kampus hijau adalah kampus yang berwawasan lingkungan, yaitu yang mengintegrasikan ilmu pengetahuan lingkungan ke dalam kebijakan, manajemen dan kegiatan tridharma perguruan tinggi. Kampus hijau mempunyai kapasitas intelektual dan sumberdaya dalam mengintegrasikan ilmu pengetahuan dan tata nilai lingkungan ke dalam misi dan program-programnya. Kampus hijau didesain untuk menghasilkan para pemimpin bangsa, para politikus, para pengusaha, para petani dan para penduduk bumi lainnya yang mencintai bumi. Kampus hijau juga harus bisa menjadi contoh implementasi pengintegrasian ilmu lingkungan dalam semua aspek manajemen dan best practices pembangunan berkelanjutan.
Titik tolak pengertian tersebut adalah sejauh mana pengelolaan kampus, baik dari segi tata ruang, tata lingkungan, sampai pada putusan-putusan kebijakan kampus mengindahkan aspek-aspek kelestarian alam. Hal ini tentu saja akan berdampak pada civitas akademik yang berlangsung secara kondusif tanpa bayang-bayang ekstrimisme alam. Contoh saja ketika kampus tidak mempunyai arena konservasi semacam taman kampus, bukan saja nilai estetisnya saja yang kurang, tetapi polusi dan suhu lingkungan tidak bisa terkontrol.
Dimensi-dimensi kampus hijau bisa kita lihat pada pengelolaan sumber daya energi, sejauh mana tingkat efektivitasnya. Penggunaan listrik dan air bersih yang hemat, serta penggunaan kendaraan mesin yang terkontrol menjadi takaran seberapa kuat komitmen perguruan tinggi dalam menjaga kelestarian lingkungan.

No comments :

Post a Comment